Pages

JATUHNYA KONSTANTINOPEL; SEBUAH AWAL DARI PERMUSUHAN ISLAM - BARAT

Tuesday, May 31, 2011 | at 6:07 PM


Kemenangan tentara Islam Kesultanan Turki terhadap tentara Romawi Timur (Kristen) dalam Perang Salib yang ditandai dengan direbutnya kota pelabuhan Konstantinopel, ibukota Romawi Timur pada masa lalu, membuka sejarah peranan negara berideologi Islam ke dalam percaturan politik antarbangsa. Kemenangan tentara Islam tersebut dalam perjalanan sejarah selanjutnya menjadi pemicu terjadinya imperialisme dan kolonialisme di masa berikutnya. Diambil alihnya kota Konstantinopel, yang namanya kemudian diganti menjadi Istanbul, oleh para penakluk Turki menyebabkan perubahan pola arus perdagangan antara Dunia Barat dan Dunia Timur.
Pasca jatuhnya Konstantinopel ke tangan pemerintah Kesultanan Turki, arus pelayaran di wilayah Mediterania praktis dikuasai secara mutlak oleh Turki. Hal ni berakibat pada terhambatnya interaksi (perdagangan) Barat dan Timur, apalagi dengan permusuhan yang terjadi antara Turki (Islam) dan Barat akibat Perang Salib. Jatuhnya Konstantinopel kemudian menghadirkan kesan isloasi bagi Barat. Perdagangan yang seharusnya terjadi dua pihak, yaitu Barat dan Timur kini telah menghadirkan Turki sebagai pihak ketiga sebagai jembatan dalm proses dagang tersebut. Implikasinya tentu pada harga komoditas yang diperdagangkan yang menjadi lebih mahal dari sebelumnya. Sementara pada masa itu, Barat, dalam hal ini Eropa, belumlah menjadi kawasan yang makmur dan maju seperti Eropa abad XVIII ataupun hari ini. Pada masa itu, Eropa masih berada di bawah bayang – bayang feodalisme dan kuasa absolut gereja.
Kemenangan Turki dan tentara Islam di Konstantinopel menampakkan kekuatan baru dalam pergaulan antar bangsa. Mereka berhasil mendobrak dominasi Eropa dan doktrin gereja, hal mana yang sekaligus memicu kebangkitan bangsa Eropa dalam mengidentifikasi ketertinggalannya dari dunia Arab. Maka dimulailah sebuah babakan baru dalam pola interaksi antara Barat dan Islam, yang lebih banyak terjadi karena faktor permusuhan di antara kedua pihak. Islam pasca kejatuhan Konstantinopel menjadi ancaman nyata sekaligus kekuatan yang paling menakutkan bagi Eropa. Apalagi dengan jatuhnya Konstantinopel, maka telah lahir sebuah imperium besar yang wilayahnya terbentang di seluruh kawasan Timur Tengah, hingga Afrika Utara, dan memasuki wilayah Eropa. Sementara di saat bersamaan, Gereja Katholik Roma masih sangat kesulitan dalam menghimpun kekuatan Eropa dalam menangkal pengaruh Islam. Secara umum, hanya ada sedikit kekuatan negara yang bisa menggoyang Turki dan kesemuanya berada di kawasan Eropa Timur (Timur Dekat, dalam pandangan Eropa), seperti Kekaisaran Austria-Hongaria, Kekaisaran Rusia, dan Prusia.
Kebangkitan Eropa
Menyadari ketertinggalanya dari Turki dan Dunia Arab, Eropa kemudian berbenah diri. Di awali dengan Revolusi Gereja dengan prakarsa Martin Luther dengan protestanismenya, maka kemudian secara “tidak sengaja” merangsang semangat liberalisme bangsa Eropa yang selama ini terpasung dalam bayang – bayang feodalisme borjuis dan bangsawan – bangsawan Eropa. Spirit atau semangat liberalisme kemudian menawarkan konsep sistem yang tentunya lebih baik dengan penghargaan atas hak – hak individu setiap manusia. Maka mulailah fase perlawanan masyarakat Eropa dalam mendobrak dominasi Gereja dan Paus. Eropapun mulai mengalami pencerahan, dan setiap orang mulai merasa bebas dan memikirkan berbagai hal untuk kemajuan tanpa harus takut akan doktrin dan dogma Gereja akan dosa dan neraka. Era ini kemudian lebih dikenal sebagai zaman pencerahan.
Selanjutnya Eropa memasuki masa renaissance, di mana berbagai pemikiran dan buah pikiran baru muncul, termasuk bagaimana mengembalikan kejayaan Eropa seperti yang pernah dilakukan oleh Yunani dan Romawi pada masa lalu. Bagaimanapun, fakta sejarah kejayaan masa lalu ini tentunya menjadi spirit tersendiri dan sangat menantang untuk mengembalikannya ke tahtanya. Setelah itu adalah dimulainya interaksi bangsa Eropa dengan dunia luar, dengan mereka yang melakukan perjalanan atau pelayaran ke Timur maupun Barat. Hal ini tentunya berkaitan pila dengan pengambilalihan Konstantinopel dari Tangan Eropa ke tangan Islam (Turki). Perjalanan Bangsa Eropa pertama kali kemudian dilakukan oleh Bartholomeus Diaz dari Portugis yang berlayar ke Selatan untuk menembus dunia Timur. Perjalanan ini mempopulerkan semboyan gold, gospel, and glory yang tentunya sangat ambisius, sekaligus menginspirasi imperialisme kuno bangsa Eropa ke seluruh dunia.
Dalam perjalanannya ke Dunia Timur, bangsa Eropa senantiasa menaklukkan setiap daerah yang mereka singgahi. Akan tetapi, dari setiap wilayah tersebut, hingga beberapa lama tidak satupun yang merupakan daerah pendudukan masyarakat Islam. Daerah dengan masyarakat Islam pertama yang berhasil dimasuki adalah daerah Goa, India. Akan tetapi, tidak terjadi penjajahan. Barulah ketika sampai di Nusantara, kemudian terjadi penjajahan bangsa Eropa yang dimotori oleh Portugis dan Spanyol. Hal inipun masih diwajarkan, mengingat kekuatan politik Islam di Nusantara adalah kekuatan yang terpisah dari kekuatan Islam di Turki dan Timur Tengah.
Apa yang dilakukan oleh bangsa Eropa di Dunia Timur jelas merupakan upaya untuk tetap mempertahankan keseimbangan kekuatan antara Turki (Islam) dan Barat (Eropa). Apalagi, perbedaan di antara kedua budaya dan peradaban sangat dan semakin kontradiktif pasca berkembangnya protestanisme dan sekularisme.

0 comments: