Menjelang Informal ASEAN Ministerial
Meeting, kembali mengemuka wacana mengenai ASEAN Community yang dicita-citakan
terbentuk dan berlaku pada tahun 2015. Pertanyaan besar yang belum terjawab
adalah bagaimana kesiapan negara-negara anggota ASEAN untuk menuju kesana? Lebih
jauh, pertanyaan besar mengenai bagaimana peran Indonesia dalam posisinya
sebagai pemimpin ASEAN 2011 ikut mengemuka.
Untuk mempersatukan keragaman yang dimiliki
oleh setiap negara anggotanya, ASEAN Community 2015 dirancang untuk dibangun di
atas tiga pilar utama, yaitu Economy Community, Security Community, dan
Socio-Cultural Community. Dengan demikian, ASEAN Community akan menjadi
komunitas regional besar dengan bidang cakuan yang sangat luas, jauh lebih luas
dibandingkan Uni Eropa yang berbasis pada Masyarakat Ekonomi Eropa yang
melandasinya ketika pertama kali terbentuk.
Dalam perjalanannya yang hampir setengah
abad sejak didirikannya pada tahun 1967, ASEAN mampu mengambil peran besar
sebagai pengikat negara-negara di regional Asia Tenggara. Hasilnya adalah
pembangunan, tingkat kemakmuran yang membaik, dan stabilitas regional yang
terkontrol. Atas dasar keberhasilan capaian-capaian inilah kemudian negara-negara
ASEAN bertekad untuk lebih memperkuat dan melembagakan dirinya dalam cakupan
yang lebih luas dalam bentuk ASEAN Community pada tahun 2015 mendatang.
Tantangan-Tantangan
Terbentuknya ASEAN Community, tentunya
akan semakin mempertegas kebangkitan Asia dalam peta ekonomi politik global menyusul
kedigdayaan ekonomi China, India, dan tentu saja Jepang yang telah bangkit
lebih dahulu.
Sekarang tinggal bagaimana ASEAN, dalam
hal ini negara-negara anggotanya berkomitmen untuk menerapkan setiap
kesepahaman yang dihasilkan dalam setiap pertemuan yang diadakan oleh ASEAN.
Menurut Dr. Makarim Wibisono dalam Seminar Tantangan Kepemimpinan ASEAN dalam
Perspektif Indoneia di UGM, ada sekitar 600 sidang yang masuk dalam agenda
kegiatan ASEAN dalam setahun. Dalam keseluruhan pertemuan atau sidang yang
telah diadakan, paling tidak menghasilkan sebuah kesepahaman yang menuntut
untuk segera ditindaklanjuti sebagai bagian dari komitmen tersebut, baik itu
dalam bentuk deklarasi, resolusi, maupun piagam.
Kendala internal justru muncul dalam
bentuk masalah implementasi berbagai kesepahaman tersebut. Kita bisa melihat
bagaimana AFTA yang diharapkan menjadi penopang Economy Community masih
tertatih dan bebebrapa negara terlihat masih menutup akses dan melakukan
proteksi terhadap produk-produk terbaiknya, ketika pasar Indonesia telah dibuka
lebar. Begitupula dengan ASEAN Regional Forum sebagai mekanisme keamanan
kawasan yang diharapkan menjadi pilar Security Community, justru tidak mampu
menyelesaikan sengketa-sengketa yang terjadi di antara negara-negara
anggotanya. Sebagai contoh, kasus candi di perbatasan Kamboja-Thailand yang
malah berakhir ke International Court of
Justice karena lambannya penanganan di tingkat ASEAN. Belum lagi saling
klaim budaya antara Indonesia dan Malaysia yang sering memicu ketegangan di
kalangan masyarakat kedua negara. Begitupula dengan sengketa-sengketa lain di
bidang lain yang dibiarkan berlarut-larut tanpa penyelesaian, walaupun kita
menyakini ada usaha yang telah dilakukan, yang dapat memicu berbagai prasangka
di antara negara-negara anggota ASEAN dan dikhawatirkan dapat menghambat
terwujudnya ASEAN Community 2015.
Kendala-kendala tersebut belum termasuk
masalah-maalah dalam negeri di setiap negara anggota yang masih berkutat pada
masalah sosial, seperti kemiskinan, demokrasi, dan masalah disintegrasi yang terjadi hampir di seluruh
negara anggota ASEAN. Begitupula di tingkatan yang lebih tinggi di Asia, di
mana China, India dan Jepang semakin kukuh dalam berbagai bidang.
We
Feeling
Bagi negara-negara ASEAN, bangkit
bersama dalam ASEAN Community bisa mempercepat langkah mereka untuk menyusul
ketiga negara pemain kunci dalam ekonomi politik Asia tersebut. Dengan luas
wilayah 4,46 juta km2 dan jumlah penduduk hampir mencapai 600 juta
jiwa (8,8% dari jumlah penduduk dunia), ASEAN menjadi sangat potensial untuk
menjadi kelompok regional yang berpengaruh dalam menentukan peta ekonoomi
politik global, mengingat pasarnya akan diincar oleh negara-negara lain. Di
situlah ASEAN bisa menawarkan kepentingannya dalam menentukan arah peta ekonomi
politik global.
Demi mewujudkan ASEAN Community, setiap
negara anggota sudah sepantasnya untuk membangun apa yang disebut “rasa
kekitaan” atau yang kita kenal sebagai We
Feeling dalam istilah ASEAN. We
Feeling sangat mutlak sebagai spirit sekaligus prasyarat bagi pembentukan
ASEAN Community.
Hambatan-hambatan dalam implementasi
berbagai kesepahaman selama ini terjadi karena segala hal tersebut hanya
terhenti pada ranah proses politik. Sementara itu, dibutuhkan proses inteaksi
sosial sebagai tindak lanjut dari proses politik tersebut. Proses interaksi
sosial dalam hal ini adalah bagaimana masyarakat atau orang-orang dari setiap
negara ASEAN bisa bertemu, berinteraksi dan saling menyapa dengan meninggalkan
identitas nasional mereka dan merasakan dan mengatakan dengan bangga bahwa
“kami adalah ASEAN”. Proses inilah yang akan membangun kokoh fondasi We Feeling.
Key-Role Indonesia
Dalam konteks ini, Indonesia, selain
sebagai pemimpin ASEAN 2011 juga mengingat tingkat interaksi masyarakat
Indonesia yang besar karena jumlah penduduknya yang mencapai sepertiga jumlah
penduduk ASEAN, dituntut untuk berperan maksimal.
Di tingkat nasional, Pemerintah
Indonesia memikul tanggung jawab besar untuk melakukan sosialisasi mengenai
ASEAN Community kepada sekitar 200 juta penduduknya dengan mempromosikan We Feeling yang akan mendorong integrasi
ASEAN nantinya. Prakarsa Indonesia dalam sosialisasi ASEAN Community di dalam
negerinya akan semakin kuat jika ditindaklanjuti dengan promosi kepada seluruh
negara-negara ASEAN untuk melakukan hal yang sama di negara mereka.
Peran strategis Indonesia dalam
mendorong tahapan-tahapan ini sangat diharapkan mengingat pengalaman-pengalaman
masa lalu dan tentu saja nama besar Indonesia jugalah yang mendorong prakara
terbentuknya ASEAN hampir separuh abad silam.
Inilah kesempatan bagi pemerintah dan
masyarakat Indonesia untuk kembali ke pentas global dan memainkan peranannya
seperti di masa lalu.
#Setelah sekian lama absen, akhirnya memulai lagi..