2011, dua tahun lalu, adalah pertama kali kuinjakkan kaki di kota Yogyakarta untuk memulai belajar lagi banyak hal. Dan benar saja, ada banyak pengalaman dan pelajaran baru yang kudapatkan, bahkan sejak hari-hari pertama berada di kota ini. Dari memilih kosan murah di belakang Pasar Terban, jalan kaki 45 menit ke kampus (90 menit bolak-balik setiap harinya), hingga tugas kuliah yang bikin shock.
Nah, tugas kuliah inilah yang kemudian
mengantarkanku pada sebuah pengalaman unik, memburu laptop murah. Awalnya,
kupikir proses kuliah akan berjalan santai dan biasa saja. Sepekan berjalan
nampak tidak ada aktivitas dan materi yang serius sama sekali. Hingga masuk
pekan berikutnya dan hampir semua mata kuliah mulai memberi beban serupa untuk
sepekan ke depan, TUGAS. Hari masih berjalan seperti biasa hingga di penghujung
pekan, mulai kupikirkan tentang tugas-tugas yang menumpuk itu. Mulai kupikirkan
kalau sama sekali tidak ada komputer atau laptop yang bisa kupakai untuk
mengerjakan semua tugas-tugas itu. Panik mulai menggangguku, mengingat tugas
pertama harus selesai paling lambat tiga hari ke depan.
Kuputuskan untuk akhirnya membeli
laptop, tapi aku belum terlalu hafal kota ini. Yang paling kukenali hanya jalan
dari kosanku menuju kampus. Kuceritakan keluhanku pada kawan-kawan di kosan
hingga akhirnya mereka merekomendasikan beberapa toko komputer yang tak jauh
dari kosan. Di sana bisa kubandingkan harga beberapa laptop yang paling murah
yang bisa kupilih nantinya.
Dari beberapa toko komputer yang
disebutkan, ada satu toko yang paling direkomendasikan dengan pertimbangan
harga paling kompetitifnya, yaitu ELS Computer. Jaraknya tidak jauh, sekitar 400
meter dari kosanku ke arah utara. Kata mereka, bisa kutemukan laptop murah
dengan harga terendah disana. Dengan meminjam sepeda motor butut salah seorang
kawan, kudatangilah beberapa toko yang direkomendasikan tadi. Harga patokan
tertinggiku adalah 2,5 juta rupiah. Hingga akhirnya kutemukan laptop yang
menarik minatku saat itu, ASUS 1015B warna putih dengan processor AMD C-50.
Saat itu, aku belum mengerti banyak tentang spesifikasi laptop, jadi kupilih saja berdasarkan selera dan budget yang tersedia.
Setelah membandingkan harga dari setiap
toko yang kudatangi, harga di ELS Computer adalah yang paling murah untuk tipe
itu. Pada saat itu harganya berkisar di angka 2,3 juta, lebih murah 100-150
ribu jika dibandingkan dengan toko lain yang kudatangi. Dengan harga segitu,
kuputuskan akhirnya mengambil laptop tipe itu di ELS Computer. Namun,
masalahnya stok yang tersisa tinggal satu dan aku belum membawa uang untuk
bayar tunai karena niat awal yang masih ingin membandingkan harga. Aku kembali
diserang panik dan memutuskan secepatnya menuju ke arah Stadion Kridosono untuk
menarik uang di ATM.
Kembali kukebut motor kawanku menuju ATM
hingga kutarik 2,4 juta tunai dan segera kembali menuju ke toko ELS Computer.
Masalah belum selesai di situ. Di depan Pasar Terban, motornya tiba-tiba batuk
dan mesinnya mati tak jauh dari gang masuk ke kosanku, bensinnya habis rupanya.
Panik dan mengingat laptop buruanku, tanpa pikir panjang, kuparkir motor di
depan kios penjual pulsa dan berjalan kaki lumayan jauh ke arah utara, ke ELS
Computer. Hampir tiba di toko laptop itu, aku baru tersadar kalau sebelum Pasar
Terban ada SPBU dan seharusnya kudorong saja motornya ke sana biar langkah ke
ELS Computer lebih mudah. Panik ternyata benar-benar memusatkan fokusku pada laptop murah itu.
![]() |
kawan kuliah |
Aku tiba di toko itu dan laptopnya masih
ada, sepertinya memang ditakdirkan bersamaku. Aku belum bertanya banyak rupanya
tadi sebelum menarik uang, karena ternyata laptopnya masih belum terisi Operating System (OS) atau masih “kosongan”, istilah mereka. Aku bertanya
banyak tentang bagaimana caranya agar OS-nya ada dan bisa kugunakan secepatnya.
Aku menyimak dengan seksama petunjuk dari salah satu karyawan toko yang
melayaniku, mendengarkan petunjuknya untuk bisa mendapatkan OS untuk laptopnya,
tentu saja berpura-pura mengerti seluruhnya. Tapi sebagiannya kupaham dan dia
menyarankan untuk meng-install sendiri
OS-nya biar lebih murah. Kemudian aku segera menuju toko penjual dvd di mana
bisa kudapatkan OS untuk mengoperasikan laptop baruku itu.
Selepas maghrib, OS-nya ku-install, dan menurutku berjalan sesuai
prosedur yang kutangkap dari karyawan ELS tadi. Instalasi berhasil kuselesaikan
dan dengan bangga bisa kugunakan untuk menyelesaikan tugas yang membuntutiku
tepat di belakang. Untuk sementara, hanya butuh Microsoft Office untuk
kebutuhanku yang mendesak, TUGAS.
Dua hari berikutnya, tugas pertama sudah
selesai dengan sempurna hingga akhirnya kutemukan kembali keanehan pada laptop
baruku. Ternyata partisinya cuma satu. Partisi untuk sistem sekaligus kugunakan
untuk penyimpanan datanya. Tapi kubiarkan saja dulu sampai selesainya sepekan
yang penuh tugas dan berkesan itu. Hingga akhirnya setelah konsultasi dengan
kawanku, ku-install lagi laptopnya di
akhir pekan, dengan menambahkan dua partisi yang akhirnya kugunakan sampai
sekarang. Hingga selesainya seluruh tugas-tugas kuliahku, termasuk tesisku.
Pengalaman ini benar-benar tidak
terlupakan bagiku. Tugas di awal perkuliahan yang mengejutkan, memburu laptop
dengan budget terbatas, dan
pengalaman instalasi pertamaku yang tidak langsung sempurna. Laptop ini mungkin
akan ku-museum-kan suatu saat mengingat kesetiaannya menemani kuliahku dan
kesan yang kudapatkan dalam proses mencarinya.
Belakang
Pasar Terban, 8 Oktober 2013
#PostinganBaru
Hehehe
1 comments:
Ahahahah,,,gapteknya,,di,,,1 jh partsinya,,ahahahh
Post a Comment