Pages

KERJASAMA MULTILATERAL ANTARA INDIA, SINGAPURA, INDONESIA, DAN CHINA

Thursday, May 19, 2011 | at 10:57 AM

India merupakan negara raksasa yang berada di asia selatan. Ia memang merupakan negara inti karena beberapa negara seperti Pakistan, bangladesh, nepal dan masih banyak yang lainnya merupakan pecahan dari negara besar ini. Kalau ingin melihat hubungan luar negerinya asia selatan otomatis kita harus lebih banyak berbicara banyak mengenai india pada khususnya. Negara ini telah memperlihatkan keampuhan potensi dalam negerinya dengan pertumbuhan ekonominya yang stabil selama beberapa tahun terakhir mengekori Cchina. Terakhir di surat kabar dirilis bahwa pertumbuhan ekonominya terkhir sebesar 8 persen.

Perjalanan sejarah atau landasan historis telah membentuk negara ini banyak bersaing dengan pecahannya yakni Pakistan dalam politik internasionalnya. Sejak Pakistan melepaskan diri dan menyatakan dirinya independent persaingan sampai perang muncul misalnya permasalahn kashmir yang kian larut berkepanjangan. Setelah itu, India semakin berkembang khususnya dalam bidang ekonomi. Sementara Pkistan bergolak dengan konflik internal akibat kehausan kekuasaannya sang penguasa ditambah bobroknya moral pejabatnya. Ia juga melakukan kerjasama dengan berbagai negara, tak terkecuali dengan Singapura.

Sedikit melirik ke negara tetangganya indonesia ini. Kemajuan pembangunan di Singapura tidak terlepas dari sembilan faktor utama yakni (1). Berada di lokasi strategis, (2). Faktor historis sebagai ”colonial particelir entreport” Inggris, (3). Pemerintahan yang bersih dengan kinerja, disiplin dan profesionalitas tinggi, (4). Stabilitas politik, (5). Sistem pemerintahan berbasis prestasi dan karir (meritocracy), (6). Kepemimpinan yang pro-bisnis bagi kesejaheraan rakyat (economic growth with social distribution), (7). Kapasitas rata-rata SDM yang prima, (8). Politik luar negeri yang bersahabat dan pro-aktif, (9).Determinasi kebijakan ekonomi yang tepat melalui internasionalisasi investasi (offshore/oversea investment).

Kebijakan politik ekonomi Singapura yang menekankan pada ekspansi investasi ke luar negeri, merupakan suatu pilihan yang tepat. Hal ini sejalan dengan terbatasnya luas daratan Singapura (683 Km2). Padahal intensifikasi dan ekstensifikasi ekonomi membutuhkan penyediaan lahan. Kebijakan selektif industri yang ”land saving” tidaklah cukup. Menanamkan modal dalam negeri di luar negeri merupakan pilihan yang stratejik, apalagi dilaksanakan di wilayah berdekatan/perbatasan. Disamping saling menguntungkan (mutual benefits) dari kerjasama ekonomi, tentunya intensitas hubungan akan terbangun ditataran politik-pemerintahan dan diplomasi. Kerjasama ini juga akan memperkuat JI (Joint Implementation) berbagai kerjasama multilateral (ASEAN), trilateral (IMS-GT), dan bilateral (Framework Agreement BBK).

Kebijakan ekonomi luar negeri yang pro-aktif membangun jaringan bisnis dalam kawasan (regional business networking) sangat penting. Kerjasama bilateral dalam mengembangkan kawasan ekonomi akan saling membuka akses meskipun tampa ikutcampur terlalu dalam disisi kebijakan ekonomi nasional masing-masing. Internasionalisasi pembangunan ekonomi melalui kerjasama ini semakin memperkuat jalinan kerjasama ekonomi dan hubungan pelaku ekonomi antara Singapura dengan negara Indo-China-India (I-C-I) tersebut. Bahkan phenomena komitmen kerjasama trans-nasional melahirkan suatu pemikiran “Singapore beyond Singapore”. Tentunya hal ini harus dilihat dari perspektif positif, karena ”economic lebensraum” ini lebih dilihat dari sisi geografi investasi bukan yurisdiksi teritorial.

Untuk kasus China, konsep SEZ (Special Economic Zone) yang diperkenalkan di China di tahun 1984 merupakan elaborasi dari terminologi SEA (Special Economic Area). SEA oleh WTO (World Trade Organization) didefinisikan sebagai suatu kawasan yang didalamnya diberlakukan kebijakan khusus dibidang ekonomi. Bahkan dalam kawasan tersebut dikenal berapa istilah seperti SEZs yang di China terdapat di Shenzhen, Zuhai, Shantaou (Propinsi Guangdong), Amoy dan Xiamen (Provinsi Fujian) dan Provinsi Hainan. Kemudian adanya Kawasan Berikat (Bonded Zone), Kawasan Kerjasama Ekonomi Kawasan (Boundary Economic Cooperation Zone), Kawasan Pembangunan Teknik dan Ekonomi Nasional (National Economic and Technical Development Zone), Kawasan Pengolahan untuk Ekspor (Economic Processing Zone), dan Kawasan Pengembangan Industri Berteknologi Tinggi (High-Technology Industrial Development Zones. Proyek kerjasama pengembangan kawasan industri SEZ (Sino-Singa) di China terdapat di Suzhou. “Bilateral Agreement” ini merupakan salah satu akses negosiasi transaksi bisnis (entry point). Sampai dengan Juni 2004 total investasi Singapura di China mencapai US.47 miliar dan lebih dari 12,400 proyek FDI (Foreign Direct Investment). Sedangkan total transaksi dagang (bilateral trade) di tahun 2004 saja diluar Hong Kong hampir mencapai US.$.27 miliar dan menempati urutan ke-enam mitra dagang China.

Dalam hal kerjasama India-Singapura, EDB (Economic Development Board) Singapura bersama konsorsium JTC (Jurong Town Cooperation) telah menanamkan modalnya dengan mengembangkan “International Technology Park di Bangalore (India). Kawasan “High-tech Park” ini berkembang pesat sebagai “icon” pengembangan industri ICT (information and Communication Technology) di India dan sebagai pusat utama industri “micro-chip dan outsourcing software”. Selanjutnya Temasek Holdings (Singapore) yang bermarkas di Mumbai menanamkan modalnya cukup besar di India. dalam Pola yang sama kemudian diadopsi India dengan mengembangkan di kawasan Hyderabad. Investasi Singapura di India juga berkaitan dengan semakin meningkatnya transaksi ekonomi dan investasi India-Singapura. Suatu panel yang dinamakan “the India Advisory Panel” dibentuk oleh Pemerintah Singapura tahun 2005. Kerjasama ini diperkuat dengan ditandatanganinya “CECA” (Comprehensive Economic Cooperation Agreement)-India-Singapura di tahun yang sama. Semangat kerjasama ini semakin menguat mengingat India dan Singapura sama-sama Negara Persemakmuran (Commonwealth Nations) dan menggunakan sistem legalnya bersifat Anglo-Saxon (British System).

Hal yang menarik adalah dalam menempatkan Singapura sebagai sentra hubungan kerjasama (pivotal position) dalam perspektif geografis, analisis demografis sekaligus determinasi geo-ekonomi. Singapura berada di tengah-tengah tiga negara besar (China, India, Indonesia) yang jumlah penduduk ketiga negara mendekati dua miliar dan berfungsi sebagai produsen potensial dan sekaligus sebagai pasar potensial (captive market) bagi investasi dan produk yang dihasilkan Singapura atau perusahaan yang dimiliki Singapura. Apalagi struktur sosial dan identitas “Uniquely Singapore” berkarakteristik multikultural dan multireligi, suatu pengakuan negara kota (city state) yang perlu dijadikan pelajaran dalam membangun kesejahteraan ekonomi, kesetaraan dan harmonisasi sosial dalam arti yang lebih luas.

Semoga.

Hhahhhh... Kuliat sampulnya ini tugas, ternyata pernah ka' satu kelompok sama Pangeran dari Barru, Andi Mallombassang (NIM E 131 04 001).. heheheheh

0 comments: